Awal Masuknya Islam Di Korea (indonesian)
Essay by Paul • September 22, 2011 • Case Study • 2,788 Words (12 Pages) • 2,234 Views
A. Awal Masuknya Islam Di Korea
Kontak pertama Korea dengan orang-orang muslim adalah pada abad ke-7. Hal ini tertulis pada buku-buku Arab yang diterbitkan pada sekitar tahun 850 Masehi yang menyebutkan tentang Kerajaan Shilla. Menurut buku-buku tersebut, di sebelah timur China terdapat Kerajaan yang kaya akan emas. Kerajaan itu mereka sebut dengan Al-Shilla atau Al-Sila. Dalam buku tersebut tertulis bahwa raja Shilla diharuskan membayar upeti kepada raja China, jika tidak, di wilayah Shilla tidak akan turun hujan. Orang-orang Arab yang mengunjungi Shilla itu adalah para pedagang yang awalnya menuju China tetapi kemudian juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Shilla. Hubungan itu terus terjalin dan sebagian pedagang muslim tersebut akhirnya tertarik untuk menetap di wilayah Shilla. Catatan para pedagang Arab ini ditulis 5 atau 6 abad sebelum adanya buku Eropa yang menyebut tentang Korea dan merupakan awal disebutnya Korea di luar lingkup budaya China. Penyebutan Korea di buku-buku Arab terus berlanjut sampai abad ke-14 dan kemudian berhenti.
Selain di buku-buku yang ditulis orang Arab, buku-buku Korea pun menjelaskan tentang aktivitas pedagang muslim. Berdasarkan buku-buku tentang Kerajaan Koryo (918-1392), pada tahun ke-15 pemerintahan Raja Hyonjong, datang 100 pedagang Muslim ke Koryo. Kemudian pada tahun berikutnya, kembali datang 100 orang lagi. Kontak dengan para pedagang muslim ini terus berlanjut sampai pada masa pemerintahan Raja Chonjong dan Raja Munjong. Saat masa pemerintahan Raja Chungyol, Koryo diserang oleh bangsa Mongol. Akibat dari penyerangan tersebut, Raja Chungyol dipaksa untuk menikahi perempuan Mongol yang bernama Kutlugh Kelmish yang adalah seorang muslim. Walaupun pada akhirnya perempuan itu mengikuti kepercayaan rakyat Koryo. Pada masa itu, banyak pedagang muslim yang juga melakukan kegiatan perdagangan di Koryo, tepatnya di Pulau Pyongnan yang terletak di mulut sungai Yesong. Para pedagang itu membawa merkuri, sagu, dan tembaga, lalu mereka membeli emas, perak, dan pakaian dari Koryo.
Seiring dengan meningkatnya kekuasaan Kerajaan Choson, pedagang Muslim berhenti mengunjungi Korea tetapi hubungan kebudayaan masih berlangsung untuk beberapa saat. Pada masa pemerintahan Raja Sejong dan Raja Sejo, kalender Islam diperkenalkan dan ini digunakan untuk menentukan tanggal gerhana matahari dan bulan. Tidak ada catatan mengenai perdagangan antara Korea dan para pedagang muslim dari abad ke-15 dan seterusnya.
Ada dua alasan tentang terjadinya penurunan hubungan dagang antara Korea dan negara-negara muslim pada abad pertengahan. Pertama karena munculnya Spanyol dan Portugal sebagai negara yang kuat dalam bidang pelayaran. Hal ini membuat mereka lebih mudah melakukan kegiatan perdagangan daripada pedagang-pedagang muslim sehingga bangsa Eropa dapat mengambil alih perdagangan internasional mempengaruhi perkembangan politik di Cina dan Korea. Di Cina, dinasti Yuan yang mendukung Muslim digantikan oleh Dinasti Ming yang anti muslim. Hal ini juga berpengaruh pada transfer kekuasaan dari Kerajaan Koryo ke Choson. Dengan kata lain, dengan berkuasanya Dinasti Ming yang anti muslim di Cina, pedagang muslim juga berhenti mengunjungi Cina dan Korea, karena jika ingin ke Korea tentu saja harus melalui Cina. Keturunan muslim yang telah menetap di Korea telah sangat berasimilasi dengan kebudayaan Korea sehingga tidak dapat ditemukan jejak-jejak Kebudayaan Islam di Korea.
B. Masuk Kembalinya Islam ke Korea
Dari tahun 1895 sampai 1928, pada saat zaman kedudukan Jepang di Korea, sekitar satu juta orang Korea migrasi ke Manchuria untuk menghindari kolonial Jepang. Mereka hidup dengan bertani dan berinteraksi dengan masyarakat Manchuria yang beragama Islam. Dari masyarakat Manchuria itulah mereka mengenal agama Islam. Bahkan ada beberapa dari mereka yang juga ikut menjadi beragama Islam. Sejak kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, kebanyakan dari masyarakat Korea yang beragama Islam tersebut kembali ke Korea. Merekalah yang memiliki peran terbesar dalam penyebaran Islam di Korea pada saat itu.
Untuk menyatukan masyarakat Islam di Korea, diperluan pihak yang memimpin mereka. Akhirnya tentara Turki, Zubaid Khozi, yang berperang juga dalam perang Korealah yang berperan sebagai pemimpin masyarakat Islam di Korea. Institusi Muslim di Turki mengirim satu batalyon tentara ke Korea sebagai bagian dari Pasukan Gabungan 16 Negara untuk Korea. Pemuka agama muslim dari tentara Turki menyelenggarakan ibadah bersama setiap hari Jumat di Seoul, kemudian masyarakat muslim di Turki juga datang beberapa kali berhubungan dengan masyarakat muslim. Orang-orang inilah yang berperan besar.
Pada tahun 1953, ibadah bersama diadakan kaum Muslim Korea di masjid dalam markas militer tentara Turki di Korea. Kemudian pada bulan September tahun 1955, diadakan juga ceramah untuk kaum Muslim yang dilanjutkan dengan pemilihan Imam Korea dan pemimpin organisasi Korean Islamic Society . Pada tahun yang sama, masjid untuk orang-orang Muslim di Korea didirikan di kota Seoul.
Pada bulan November 1959 sampai November 1960, dua wakil dari Korean Islamic Society mengunjungi beberapa negara Islam di dunia, seperti Saudi Arabia dan Pakistan. Kemudian negara-negara Islam yang dikunjungi tersebut ikut bekerja sama dengan Korea dalam mengembangkan agama Islam di Korea. Salah satunya adalah dengan mengirimkan 11 pelajar Muslim, termasuk tiga pelajar perempuan diantaranya, ke Malaysia pada tahun 1962 untuk memperlajari agama, ideologi, dan pemikiran Islam selama 6 bulan di Klang Muslim College. Pada tahun 1960, Pembicara dari Malaysia saudara Haji Muhammad Noh mengunjungi Korea kemudian berjanji untuk mengusulkan kepada pemerintah untuk Malaysia membantu pengembangan Islam di Korea. Pada saat itu pula usaha pembangunan masjid pertama kali dengan bantuan dana dari pemerintah Malaysia sebesar $ 33.000 namun tidak berlanjut lagi karena adanya berbagai kendala, termasuk inflasi.
Pada bulan Januari 1965, saat ulang tahun yang ke 10 Korean Islamic Society memperluas organisasinya dan berubah nama menjadi Korea Muslim Federation. Banyak kaum Muslim di dunia mengunjungi Korea pada tahun tersebut untuk ikut merayakan perkembangan Islam di Korea. Pada tahun 1966, orang Muslim Pakistan berumur 70 tahun yang bernama Moulana Syed Mohammad Jamil mengunjungi Korea sebagai pemimpin dari organisasi Islam di Pakistan yang bernama Pakistan Klang Society, kemudian tinggal di kantor Korea Muslim Federation di Seoul yang keadaannya cukup menyedihkan selama 2 bulan. Ia mengabdikan dirinya untuk kegiatan penyebaran Islam di Korea. Ia juga kemudian mengunjungi Korea kembali sebanyak 5 kali dan turut menyumbang banyak bagi perkembangan Islam di Korea.
Pada tahun 1967, terbentuknya Yayasan Islam yang akhirmya disetujui oleh pemerintahan yang teerdaftar secara resmi di Kementerian Kebudayaan
...
...