AllBestEssays.com - All Best Essays, Term Papers and Book Report
Search

Uncertainty and Seamless Supply Chain (indonesian)

Essay by   •  October 4, 2011  •  Case Study  •  821 Words (4 Pages)  •  2,609 Views

Essay Preview: Uncertainty and Seamless Supply Chain (indonesian)

Report this essay
Page 1 of 4

RINGKASAN :

"Seamless Supply Chain" terdengar seperti manajemen bisnis versi Utopia: aliran sempurna dari informasi dan materi yang difasilitasi oleh semua mitra supply chain dimana berpikir dan bertindak menjadi satu kesatuan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cardiff di Wales menunjukkan bahwa Seamless Supply Chain tidak hanya teoritis secara konsep, melainkan juga merupakan sebuah tujuan yang realistis untuk dicapai. Dalam kondisi dunia saat ini, dimana ekonomi sangat bergejolak, sangat penting bagi kita untuk memahami implikasi yang sesungguhnya dari ketidakpastian dalam supply chain.

Setiap perusahaan dalam proses supply chain harus secara internal "lean" atau ramping, namun juga harus dapat beroperasi dalam secara "seamless" atau mulus, di mana semua informasi yang relevan dengan operasi yang efisien dari total sistem yang tersedia pada waktu dan dalam bentuk tanpa distorsi.

Hal tersebut dapat terlihat pada evolusi integrasi supply chain dimana ada 4 ciri khas yaitu Kesederhanaan, Kelancaran arus material, Manajemen arus nilai dan Pola pikir yang Lean. Artikel ini ingin menjawab pertanyaan apa langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan untuk mencapai Seamless Supply Chain atau Rantai Pasok yang Mulus? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini mengulas hasil penelitian LGSD (Logistics System Dynamic Group) pada berbagai perusahaan otomotif. Dari sana ditemukan ada 4 jenis ketidakpastian dalam Supply Chain. Yaitu ketidakpastian pada Proses, Supply, Demand dan Control. Semua jenis ketidakpastian ini dapat menyeret kinerja operasional perusahaan.

Secara umum hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan dari framework Graham Stevens yang membagi Supply Chain ke dalam 4 level :

1. Level Baseline dimana perusahaan terlibat dalam perencanaan jangka pendek yang reaktif. Mereka memiliki inventori dan rawan terhadap perubahan pasar. Sisi proses, supply, control dan demand masih tinggi.

2. Level Integrasi Fungsional. Dalam level ini masih ditekankan dari sisi biaya, belum masalah kinerjanya. Perusahaan-perusahaan masih fokus kedalam dan pada barang-barang. Masih besifat reaktif terhadap pelanggan dan ada internal trade off. Dalam level ini sudah ada perbaikan pada sisi proses dan kontrol, namun sisi supply dan demand masih belum.

3. Level Integrasi Internal. Semua proses kerja terintegreasi, perencanaan mencapai pelanggan sampai ke supplier, namun masih bersifat reaktif terhadap konsumen. Dalam tahap ini, sudah ada perbaikan pada semua aspek, kecuali sisi demand dari konsumen.

4. Level Integrasi Eksternal. Integrasi seluruh supplier, fokus kepada pelanggan, ada sinkronisasi arus material. Pada level ini sudah ada perbaikan pada semua sisi, sehingga supply chain dapat benar-benar fokus pada permintaan pelanggan.

Intinya dalam artikel ini digambarkan bahwa Rantai Pasok Yang Mulus itu realistis dan bisa dicapai, serta baik bagi perkembangan bisnis. Cara melakukannya ialah dengan secara bertahap mengatasi ketidakpastian tersebut, dimulai dari sisi Proses dan Control,

...

...

Download as:   txt (6 Kb)   pdf (88.3 Kb)   docx (10.9 Kb)  
Continue for 3 more pages »
Only available on AllBestEssays.com