L'oreal Case
Essay by Stella • January 12, 2012 • Case Study • 448 Words (2 Pages) • 2,093 Views
L'Oreal sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia dan merupakan perusahaan kosmetik nomor satu di dunia didirikan oleh Eugene Schueller pada tahun 1909 di Prancis. L'Oreal memulai bisnisnya pada pewarma rambut yang akhirnya berkembang kepada produk kosmetik lain dengan berbagai merek dagang seperti L'Oreal Paris, Garnier, Maybelline, L'Oreal Professionnel, Matrix, Lancome, Biotherm, Shu Uemura, Kerastase dan sebagainya. Saat ini L'Oreal memiliki kantor perwakilan lebih dari 100 negara dan memiliki pabrik di berbagai belahan dunia baik Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Di Asia sendiri L'Oreal memiliki lima buah Pabrik yang terletak di Jepang, Cina, India, dan Indonesia.
Sebelum tahun 2007 L'Oreal di Indonesia hanya dipandang sebelah mata oleh kantor pusat. Tetapi dengan peningkatan produksi dan penjualan yang signifikan pada tahun 2007 maka Indonesia mulai diperhatikan oleh grup.Setiap tahunnya Indonesia berhasil selalu mencapai target.Dengan pasar Indonesia dan Asia yang sangat menjanjikan maka L'Oreal memutuskan untuk melakukan ekspansi dengan memperbesar pabriknya. Maka pada tahun 2009 L'Oreal grup memutuskan untuk membangun pabrik baru di Indonesia yang akan menjadi pabrik terbesarnya didunia. Untuk mencapai hal tersebut bukanlah hal mudah dan merupakan tantangan tersendiri bagi L'Oreal terutama L'Oreal di Indonesia. Oleh karena itu dengan target yang tinggi tersebut diperlukan perencanaan yang matang dan kepemimpinan yang baik.
Pada kepemimpinannya target yang ditetapkan sangat tinggi, efficiency, cost saving diberlakukan dengan ketat, bahkan untuk mencapai target tersebut perusahaan tidak segan-segan untuk menghilangkan beberapa acara social (new years gathering) yang dirasa tidak perlu. Sejak dipimpin olehnya kondisi kerja menjadi tidak nyaman, tertekan, emosi, bahkan beberapa ada yang frustasi, sehingga menyebabkan turnover karyawan menjadi tinggi.Ternyata gaya kepemimpinan direktur L'Oreal tersebut tidak hanya membawa dampak positif terhadap pencapaian penjualan, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kenyamanan bekerja karyawan yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah turnover.
Hampir sebagian besar karyawan yang memiliki jabatan strategis tidak merasa puas dengan kepemimpinan presiden direktur tersebut. Hal tersebut tercermin dari tingginya turnover pada level ini sejak tahun 2010 sampai sekarang sudah lebih dari 10 karyawan yang mengundurkan diri termasuk didalamnya adalah Finance Director, IT manager, Cost Controller Leader beserta asistennya, Internal Control Leader, EHS leader, Utilities & Maintenance Leader, Utilities & Maintenance SPV, Process Leader, Launch Coordinator, Warehouse Leader, UP Managerdan lainnya. Sebagian besar karyawan yang berada pada posisi tersebut sudah bekerja lebih dari lima tahun di L'Oreal bahkan ada yang sudah delapan tahun. Tetapi mereka memilih untuk keluar dari L'Oreal disebabkan oleh ketidakpuasan
...
...